Aku dan hafalan ku versi Ridho Setiawan's Blog
Aku
dan hafalan ku
Malam
itu, ketika jarum jam menunjukkan angka 21: 00, mata ini mulai menunjukkan
tanda bahwa waktu istirahat telah tiba. Setelah membaringkan badan, tidak
membutuhkan waktu yang lama mata ini sudah terbenam, rasa kantuk yang menguasai
diri membuat mata dengan cepat tertidur.
Seperti
biasanya, aku terbangun dari tidur lelapku pada pukul 04 : 50 , di pagi ini aku
beranjak bangun dari kamar tidurku, kamar yang telah mengantarkanku ke alam
mimpi yang indah. Kusapu mukaku dengan tangan yang lembut, seraya berdiri dan
berjalan menuju pintu kamar tidurku.
Aku
buka pintu itu dengan tangan yang penuh dengan kelembutan,sembari mengambil
sarung yang berada di meja, melangkahkan kaki untuk berwudhu dan berjalan
kemasjid untuk melaksanakan ibadah sholat shubuh dengan berjamaah.
Di
perjalanan, aku dan kawanku tercengang ketika melihat para jama’ah sudah keluar
dari masjid. Hem.. sembari menarik napas, kita telah terlambat Vian kata ku
dengan suara datar. Astargfirullah, Ya tidak apa – apa mas jawabnya. Insya Allah
kita tidak bermaksud sengaja menunda shalat
dan yang paling penting niat kita adalah sholat berjama’ah, bukan berleha
– leha untuk terlambat menuju kemasjid.
Aku
dan dia terus berjalan perlahan – lahan, sampai di masjid, aku dan Vian memasuki masjid. Aku
mempersilahkan kepadanya untuk menjadi imam, tapi dengan cepat Vian mengumandangkan
iqomah dan mempersilahkan aku untuk menjadi imam.
Dengan
terpaksa aku harus menjadi imam , aku mulai memberi nasihat untuk meluruskan
shaf sholat kemudian aku mengangkat tanganku
dan bertakbir “ alllahu akbar “. Aku mulai membaca al fatihah dengan
nada kesukaanku .
kemudian
aku plih surah “an- nasr” dengan nada lirih, dan harapan semoga sholat ku di
terima oleh Allah swt. Aku pun mengambil takbiratul ihram yang kedua, dan mulai
membaca al –fatihah. kemudian dilanjutkan dengan surah annaba yang baru aku
hafalkan.. ketika sampai pada ayat “ innal mutaqina mafassa, jaza ammirrobika ato’an hisaba “ aku
terhening, lupa dengan ayat selanjutanya , aku sadar bahwa di atas langit masih
ada langit, aku segera mengganti surah dengan “arrahman” hingga fabiayyiala
irobbikuma tukadssiban”.
Aku
jadikan itu pengalaman yang berkesan dalam hidupku, pengalaman yang paling
istimewa untuk penghafal Qur’an perdana sepertiku .
setelah
sholat aku bergegas pulang ke kos – kosanku dan berkata bahwa tadi aku lupa
kelanjutan dari ayat nya sehinngga dengan terpaksa aku harus mengganti dengan
ayat yang lain,” karna lupa itu hal yang manusiawi”.
Lupa,
itulah penyakit yang selalu menghampir semua makhluk hidup, baik dari pengacara
hingga petani biasa , pasti akan mengalami lupa akan hafalan atau hal yang ia
kerjakan. Mengenai lupa akan hafalan Al
– Qur’an, Rassulullah Saw menganjurkan kepada kita untuk selalu mengulang –
ngulang hafalan al – Qur’an kita , karna sesungguhnya dengan mengulang hafalan
dapat mengakar kuatakan kedalam memori otak kita, menambahkan porsi penghayatan terhadap Al –
Qur’an sehingga memberikan dampak yang luar biasa bagi otak dan utamanya ruhaniyah kita,
sehingga dengan mudah kita dapat mengamalkan hafalan kita.
Dalam
literatur Islam dikisahkan bahwa Khalifah Umar, R.a menghatamkan al – Qur’an
dalam waktu 10 tahun. Metode yang ia
gunakan adalah menghafal satu ayat kemudian berusaha untuk mentadaburi dan mengamalkan
ayat tersebut baik dalam perbuatan, perkataan, pemikiran, utama dengan hati
yang jernih. Sehingga hafalan yang dimilikinya mendarah daging, bukan hanya mengakar
difikiran namun juga mengakar pula di hati, dan menjadi tabi’at yang suci. .
Menghafal
Qur’an juga merupakan salah satu cara seorang anak yang ingin berbakti kepada
kedua orang tuanya, ikhlas untuk mencari keridhaan Allah, dan berniat untuk
memakaikan mahkota kemulian di atas kepala kedua orang tua kita.
Menghafal
Qur’an bukan sekadar menghafal. Namun, bagaimana caranya kita faham akan
hafalan Qur’an yang telah kita hafal, dan kita faham dengan bagaimana cara peng
- aplikasian al – Qur’an dalam kehidupan sehari – hari.
perlu
perjuangan yang lebih dalam menjaganya, namun semua itu akan terasa mudah jika
di iringi dengan niat yang tulus mengharapkan keridhaan Allah Swt, ditambah
dengan mujahadah dan azam yang tinggi, setelah modal itu dimiliki serahkan
kepada Allah.
“
faidsa azzamta fatawakkal AlAllah”
Semoga Allah
memudahkan kita dalam menghafal Qur’an dan semoga Allah jadikan kita penghafal
Qur’an. Aamiin.
0 Response to "Aku dan hafalan ku versi Ridho Setiawan's Blog"
Post a Comment