pemikiran kalam, Muhammad Abduh.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam Islamik Studies atau dirasat Islamiah,ilmu kalam termasuk
kajian yang pokok dan sentral.
Ilmu ini termasuk rumpun ilmu Ushuluddin (dasar-dasar atau
sumber-sumber pokok agama), begitu
sentralnya kedudukan ilmu Kalam dalam dirasat Islamiah sehingga ia
menawari ,mangarahkan sampai batas-batas tertentu ‘’mendominasi’’ arah,corak,
muataan materi dan metodologi kajian - kajian ke Islaman yang lain , seperti
fikih,(al-ahwal al-syakhsyiyah / hukum keluarga , perbandingan mazhab, jinayah
- syiyasah ), ushu fiqh, filsaffah (Islam), ulum al-tafsir ,ulum
al-hadist,teori dan praktik dakwah dan pendidikan - pendidikan Islam bahkan
sudah sampai merembat pada persoalan - persoalan yang terkait dengan pemikiran
ekonomi dan politik Islam.
Sering kali di jumpai bahwa umat Islam , baik sebagai individu dan
lebih - lebih sebagai kelompok, mengalami kesulitan keagamaan untuk tidak
mengatakan tidak siap ketika harus berhadapan dengan arus dan gelombang budaya
baru ini .Bangunan keilmuan kalam klasik rupa nya tidak cukup kokoh menyediakan
seperangkat teori dan metodologi yang banyak menjelaskan bagaimana serang
agamawan yang baik harus berhadapan,bergaul,bersentuhan, berhubungan dengan agama-agama lain dalam
alam praktisis sosial, budaya,ekonomi,,dan politik.
B.
Rumusan
Masalah
1.Siapa
saja tokoh pemikir imu kalam modern?
2.Bagaimanakah
pemikiran-pemikiran para tokoh ilmu kalam modern?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
para tokoh pemikir Ilmu Kalam modern.
2.
Mengetahui
bagaimana pemikiran para tokoh Ilmu Kalam modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Syekh Muhammad Abduh
1.Riwayat singkat
Muhammad Abduh
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah
dilahirkan di desa Mahallat Nashr di kabupaten Al-Buhairah, Mesir, pada tahun
1849 M. Ia berasal dari keturunan yang tidak tergolong kaya,bukan pula keturun
bangsawan.
Walaupun demikian , ayah nya dikenal sebagai orang terhormat yang
suka memberi pertolongan.[1] Kekerasan
yang di terapkan penguasa - penguasa Muhammad’Ali dalam memungut pajak
menyebabkan penduduk pindah-pindah tempat untuk menghindarinya .Abduh
dilahirkan dalam keadaan yang penuh kecemasan ini.[2]
Mula-mula Abduh di kirim ayahnya ke masjid Al-Ahmadi Tanta, tempat
ini menjadi pusat kebudayaan selain Al - Azhar. Akan tetepi, sistem pengajaran
disana sangat mengjengkelkannya sehingga setelah dua tahun di sana,ia
memutuskan untuk kembali ke desanya dan berani, seperti saudara-saudara serta
kerabatnya. Waktu kembali ke desa, ia dinikahkan. Saat itu,
ia berumur 16 tahun. semula ia bersikeras untuk tidak melanjutkan
studinya, tetapi akhinya kembali belajar atas dorongan pamannya, Syekh Darwish,
yang banyak memengaruhi kehidupan abduh sebelum ketemu dengan Jamaludin
Al-Afghani. Atas jasanya, Abduh berkata ,’’…ia telah membebaskanku dari penjara
kebodohan (the prison of ignorance)
dan membimbingku menuju ilmu pengetahuan ……’’[3]
Setelah merampungkan studinya dibawah bimbingan pamannya, Abduh
melanjutkan studinya di Al - Azhar pada bulan Februari 1866. Pada tahun 1871, Jamaluddin Al-Afghani
(1839-1897) tiba di Mesir. saat itu,
Abduh masih menjadi mahasiswa Al-Azhar. kehadirannya disambut Abduh dengan
menghadiri pertemuan-pertemuan ilmiahnya. untuk selanjutnya,I a menjadi murid
kesayangan Al-Afghhani. lalu,Al-Afghani yang mendorong Abduh aktif menulis
dalaam bidang sosial dan politik. Artikel-artikel pembaharuannya banyak dimuat
di surat kabar Al-ahrumdi kairo.
2.Pemikiran-pemikiran kalam Muhammad Abduh
a.
Kedudukan
akal dan fungsi wahyu
1. Membebaskan akal pikiran dari belenggu-belenggu taqlid yang
menghambat perkembangan pengetahuan agama sebagaimana salaf al -ummah (ulama
sebelum abab ke-3 Hijriyah), sebelum timbulnya perpecahan, yaitu memahami
langung dari sumber pokoknya al-qur’an
2. Memperbaiki gaya bahasa Arab, baik yang digunakan dalam
percakapan resmi di kantor - kantor pemerintah ataupun dalam tulisan-tulisan di
media massa. dua persoalan pokok yang menjadi fokus pemikiran Abduh tampaknya
muncul ketika ia meratapi perkembangan
umat Islam pada masanya.
Atas dasar kedua fokus pikirran nya itu,Muhammad Abduh memberikan
peran yang sangat besar kepada akal. begitu besar peran yang diberikan olehnya,
sehingga Harun Nasition menyimpulkan bahwa Muhammad Abduh memberikan kekuatan
yang lebih tinngi pad akal dari pada Mu’tazilah .[5] Menurut
Abduh,akal dapat mengetahui hal-hal berikut ini.
1)
Tuhan
dan sifat-sifat nya.
2)
Keberadaan
hidup di akhirat.
3)
Kebahagian
jiwa di akhirat bergantung pada mengenal tuhan dan berbuat baik , sedang kan
kesengsaraannya bergantung pada tidak mengenal tuhan dan perbuatan jahat ;
4) Kewajiban manusia mengenal Tuhan ;
5) Kewajiban manusia untuk berbuat baik dan
menjauhi perbuatan
jahat untuk
kebahagian nya di akhirat.
6) hukum – hukum mengenai kewajiban –kewajiban
itu.[6]
Dengan
memperhatikan pandangan Muhammad Abduh tentang peranan akal , dapat diketahui pula
bagaimana fungsi wahyu baginya. Baginya , wahyu adalah penolong ( al-mu’in ). kata
ini ia pergunakan untuk menjelaskan fungsi wahyu bagi akal manusia .
Abduh memandang bahwa menggunakan akal merupakan salah satu dasar islam . Iman seseorang tidak sempurna
apa bila tidak didasarkan pada akal.
b. kebebasan manusia dan
fatalisme
Bagi Abduh , di samping mempunyai daya pikir , manusia juga
mempunyai kebebasan memilih yang merupakan sifat dasar alami yang harus ada
dalam diri manusia. jika sifat dasar ini dihilangkan dari dirinyaa , ia bukan
manusia lagi , melainkan mahkluk lain. karena manusia menurut hukum alam dan sunnatullah
mempunyai kebebasan dalam kemauman dan daya untuk mewujudkan kemauan , paham perbuatan
yang di paksakan atau manusia atau Jabariah tidak sejalan dengan pandangan
hidup Muhammad Abduh.
c .Sifat sifat Tuhan
Dalam risalah, ia menyebutkan sifat – sifat Tuhan Mengenai masalah
apakah sifat itu termasuk esensi tuhan atau yang lain, ia menjela kan bahwa hal
itu terletak di luar kemampuan manusia untuk mengetahui nya. walaupun demikian,
Harun Nasution melihat Abduh cenderung pada pendapat bahwa sifat termasuk
esensi tuhan walaupun tidak tegas mengatakannya.[7]
d. Kehendak Mutlak Tuhan
Karena yakin akan kebebasan dan kemampuan manusia, Abduh melihat
bahwa Tuhan tidak bersifat mutlak . Tuhan telah membatasi kehendak mutlak-nya
dengan memberi kebebasan dan kesanggupan kepada manusia yang secara bebas dapat dipergunakan nya
dalam mewujudkan perbuatan –perbuatannya. kehendak mutlak Tuhan pun di batasi
oleh sunnatullah secara umum.
e. Keadilan Tuhan
Karena memberikan daya besar padahal akal dan kebebasan manusia , Abduh
mempunyai kecendrungan untuk memahami dan meninjau alam bukan hanya dari segi
kehendak mutlak Tuhan, melainkan juga dari segi pandangan dan kepentingan manusia. Ia berpendapat bahwa alam ini diciptakan
untuk kepentingan manusia dan tidak satu pun ciptaan tuhan yang tidak membawa
manfaat bagi manusia. Mengenai keadilan tuhan ,ia memandang tidak hanya dari
segi kemahasempurnaannya, tetapi juga dari pemikiran rasional manusia.
f. Antropomorfisme
Kerena Tuhan termasuk dalam alam rohani, rasio, tidak dapat
menerima paham bahwa tuhan mempunyai sifat – sifat jasmani. Abduh, yang memberi
kekuatan besar pada akal, berpendapat bahwa
tidak mungkin esensi dan sifat – sifat Tuhan mengambil bentuk tubuh atau
roh makhluk di alam ini . kata – kata wajah, tangan, duduk, dan sebagainya
harus di pahami sesuai dengan pengertian yang di berikan orang arab kepadanya.
g. Melihat Tuhan
Muhammad Abdulh tidak menjelaskan pendapatnya, apakah tuhan yang
bersifat rohani itu dapat dilihat oleh
manusia dengan mata kepalanya pada hari perhitungan kelak ia hanya menyebut kan bahwa orang yang
percaya pada tanzih ( keyakinan bahwa
tidak ada satu pun dari makhluk yang
menyerupai tuhan ) sepakat mengatakan bahwa tuhan tidak dapat digambarkan
ataupun dijelaskan dengan kata – kata. kesanggupan melihat Tuhan dianugrahkan
hanya kepada orang – orang tertentu di akhirat.[8]
h. Perbuatan tuhan
Karena berpendapat bahwa ada perbuuatan tuhan yang wajib, Abduh
sepaham dengan Mu’tazilah dalam mengatakan bahwa wajib bagi tuhan untuk brrbuat
yang terbaik bagi manusia.[9]
B . Sayyid Ahmad Khan ( 1817
– 1898 )
1.
Riwayat
Hidup Singkat Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan lahir di Dhilhi pada tahun 1817 dan menurut
keterangan berasal dari keturunan Husein, cucu nabi Muhammad SAW. Melalui
Fatimah dan Ali. Neneknya Sayyid Hadi adalah pembesar istana pada zaman
Alamghir II (1754-1759). Ia mendapat didikan tradisional dalam pengatahuan
agama. Disamping belajar bahasa Arab, ia juga belajar bahasa Persia. Ia orang
yang rajin membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.[10]
Pada waktu berusia delapan belas tahun, ia bekerja di Serikat India Timur.
Kemudian, ia bekerja pula sebagai hakim . Pada tahun 1846, ia pulang kembali ke
Delhi dan mempergunakan kesempatan itu untuk belajar.[11]
Di delhi ia dapat meliahat
langsung peninggalan – peninggalan kejayaan islam dalam bergaul dengan
tokoh-tokoh dan pemuda muslim, Nawab Ahmad Baksh , Nawab Mustofa Khan , Hakim
Mahmud Khan dan Nawab Aminuddin. Semasa di delhi , ia mulai mengarang , karangan yang pertama
adalah Asar As – Sanadid . pada tahun 1855 , ia pindah ke Bijnore . di tempat
ini jugaa tetep mengarang buku – buku penting Islam di India . pada tahun 1878
, ia juga mendirikan sekolah mohammedan anglo Oriental College ( MAOC ) di Aligarh yang merupakan karya nya
yang paling bersejarah dan berpengaruh untuk memajukan umat islam india.[12]
2 . pemikiran Kalam Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan
mempunyai kesaamaan pemikirran dengan Muhammad Abduh di mesir setelah
perpisahan dengan Jamaluddin Al – Afghani dan sekembalinya dari pengasingan .
meskipun demikian , sebagai penganut ajaran islam yang taat dan
percaya akan kebenaran wahyu, ia berpendapat bahwa akal bukan segala nya dan
kekuatan akal terbatas.[13] Karena
kepercayaannya kuat terhadap hukum alam dan kerasnya mempertahankan konsep
hukum alam, ia di anggap kafir oleh sebagian umat islam. sebagai tanggapan atas
tuduhan tersebut Jamaluddin mengarang sebuah buku yang berjudul Ar – Radd’ala
Ad – Dahriyyin (Bantahan terhadap Materialis ).
Sejalan dengan paham Qadariah yang dianut nya, ia menentang keras
paham taqlid selanjutnya, Khan mengemukakan bahwa Tuhan telah menentukan tabiat
atau nature ( sunnatullah ) bagi setiap
makhluk –nya yang tetep dan tidak pernah berubah.
Sejalan dengan keyakinan tentang kekuatan akal dan hukum alam, Khan
tidak ingin pemikirannya terganggu otoritas hadis dan fiqh. iya hanya ingin
mengambil AL – qur’an sebagai pedoman
bagi islam, sedangkan yang lain bersifat membantu dan kurang begitu penting.[14]
menurutnya, hukum fiqh berisi moralitas masyarakat sampai saat timbulnya mazhab
- mazhab. ia menolak taklid dan membawa
AL – Quran untuk menguraikan
relevansinya dengan masyarakat baru pada zaman itu.[15]
.
C . Muhammad Iqbal ( 1876 – 1938 )
1 . Riwat Hidup Singkat Muhammad Iqbal
Muhammad iqbal lahir di Sialkot pada tahun 1876 . a berasal dari keluarga kasta Brahmana
Khasmir .Ayahnya bernama Nur Muhammad yang terkenal saleh dalam Beragama.[16]
Guru pertama Iqbal adalah ayah nya kemudian ia dimasukkan kesebuah maktab untuk
mempelajari AL-Qur’an . Setelah itu dia dimasukkan ke Scottish Mission Sshool.
di bawah bimbingan Mir Hasan , ia diberi pelajaran agama , bahasa Arab , dan
bahasa Persia.
pada tahun 1905 setelah
mendapat gelar M.A. di Government
Collage Iqbal pergi ke inggris untuk belajar filsafat di Universitas Cambridge.
pada tahun 1905 setelah mendapat gelar M.A di Government Collage, iqbal pergi
ke inggris untuk belajar filsafat di Universitas Cambridge . Iqbal tinggal di Eropa kurang
lebih selama tiga tahun. Sekembalinya dari
Munich , ia menjadi advokat di samping sebagai dosen. pada tahun 1930,
Iqbal memasuki bidang politik dan menjadi ketua konferensi tahunan Liga
semuslim di Allahabbad , kemudian pada tahun
1931 dan tahun 1932 , ia ikut dalam konferensi Meja Bundar di London
yang membahas konstitusi baru bagi India.
2 . Pemikiran Kalam Muhammad Iqbal
Dibandingkan segala teolog ,
Muhammad Iqbal sesungguhnya lebih terkenal sebagai seorang filsuf
eksistensialis .oleh karena itu , kesulitan untuk menemukan pandangan –
pandangannya mengenai wacana-wacana kalam klasik ,
seperti fungsi akal dan wahyu ,
perbuatan Tuhan perbuatan manusia , dan
kewajiban – kewajiban Tuhan .
Sebagai seorang pembaharuan , iqbal menyadari perlunya umat islam
untuk melakukan pembbaharuan dalam islam agar dapat keluar dari kemundurannya.
Islam dalam pandangan Iqbal menolak konsep lama
yang mengatakan bahwa alam bersifat statis . Islam menurutnya
mempertahan kan konsep dinamis dan
mengakui ada nya gerak perubahan dalam kehidupan sosial manusia . [17]
Besarnya penghargaan Iqbal terhadap gerak dan perubahan ini,
membawa pemahaman yang dinamis tentang al – Qur’an dan hukum Islam. Tujuan
diturunkannya al – Qur’an, menurutnya untuk membangkitkan kesadaran manusia
sehingga mampu menerjemahkan dan menjabarkan nash – nash al – Qur’an yang masih
global dalam realitas kehidupan dengan kemampuan nalar manusia dan dinamika
masyarakat yang selalu berubah. Inilah yang dalam rumusuan fiqh disebut ijtihad
yang oleh Iqbal disebut sebagai
perinsip gerak dalam struktur Islam.[18]
a . Hakikat teologi
Secaara umum , ia melihat teologi sebbagai ilmu yang berdimensi
keimanan, mendasarkan pada esensi tauhid ( universal dan inklusivistik ) .Didalamnya memuat jiwa yang bergerak
berupa’’persamaan ,
kesetiakawanann’’ dan ‘’kebebasmerdekaan .’’[19]
b .Pembuktiyan Tuhan
Dalam membuktikan eksistensi Tuhan ,Iqbal menolak argument
kosmologis[20]
ataupun antologis.[21]Untuk
menompang hal ini , Iqba menolak
pandangan yang ststis matter serta menerima pandangaan whitehead sebagai
‘’struktur kejadian ‘’dalam aliran dinamis yang tidak berhenti. Dari individu
,’’Jangka waktu murni ‘’ini kemudian di transfer ke alam semesta dan
membenarkan ego mutlak Gagasan ini lah
yang ‘’di bicarakan ‘Iqbal ke ddalam AL – Qur’an . jadi , Iqbal telah menafsirkan Tuhan yang
imanen bagi alam .[22]
c . Jati Diri Manusia
Paham dinamisme Iqbal
berpenggaruh benar terhadap jati diri manusia . penelusuran terhadap
pendapatnya tentang persoalan ini dapat dilihat dari konsepnya tentang ego ,
ide sentral dalam pemikiran filosofisnya .[23]
Filsafat khudi- nya tampak merupakan reeaksi terhadap kondisi umat Islam ketika
itu telah membawa mereka jauh dari tujuan
dan maksud Islam yang sebenar nya
. Dengan ajaran khudi- nya , ia mengeukakan pandangannya yang dinamis
tentang kehidupan dunia .
d . Dosa
Iqbal secara tegas
menyatakan dalam seluruh kuliahnya bahwa AL – Qur’an menampil kan
ajaran tentang kebebasan ego manusia yang bersifat kreatif . Dalam hubungan ini , ia mengembangkan cerita
tentang kejatuhan Adam ( karena
memakan buah terlarang ) sebagai kisah yang penuh berisi pelajaran tentang ‘’kebangkitan manusia daari kondisi primitif
yang di kuasai hawa nafsu naluriah pada
pemilikan kepribadian bebas yang di perolehnya secara sadaar , sehingga mampu
mengatasi kebimbanggan dan kecendrungan untuk mengembangkan ‘’dan
‘’ timbulnya ego terbatas yang memilliki kemampuan untuk memilih . Pengakuan
terhadaap kemandirian ( manusia )
melibatkan pengakuan terhadap semua ketidak sempurnaan yang timbul dari
keterbatasaan kemandirian . [24]
e . Surga dan Neraka
Surga dan neraka , menurut
Iqbal merupakan – keadaan , bukan tempat. Gambaran – gambaran tentang
kebudayaan di daalam AL – Qur’an adalah penampilan – penampilan kenyataan batin secara visual , yaitu filsafat . Surga adalah kegembiraan
karena mendapatkan kemenangan dalam mengatasi berbagai dorongan yang menuju
pada perpecahan . tidak ada kutukan
abadi dalam Islam . neraka sebagaimana
dijelaskan dalam AL – Qur’an bukan lah
kawah tempat penyiksaan adabi yang di sediakan Tuhan. Surga juga bukan tempat
berlibur . kehidupan itu hanya satu dan berkesinambungan .[25]
BAB III
PENUTUP
A.
Dalam peradaban Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad
SAW terjadi berbagai macam faham
dalam ajaran Islam. Diantaranya pemikiran kalam yang
terkenal padaa masa sekaraang adalah ;
1 . Syehk
Muhhammad Abduh
2 . Muhammad
Iqbal
3 . Sayyid Ahmad Khan
Dari ketigaa tokooh ulama ini kita dapat mengambbil pelajaran dimana para
ulama tersebut rela berkorban dalam menyebarluaskan pemikiran –
pemikirannya didunia Islam yang mana umat pada masa hidup para ulama ini sampai sekarang sudah lalai
dengan kenikmatan dunia . oleh karena
itu ketiga tokoh ulama ini mengajakumat Islam untuk kembali pada ajaran Islam yang sebenarnya.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini bisa memberi pemahaman untuk para maha
siswa yang sedang belajar ilmu kalam untuk dapat memahami pola fikir Muhammad
Abduh, Syaikh Khan, dan Muhammad Iqbal.
Selanjutnya, semoga dengan adanya makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Kami menyadari akan kelemahan
makalah ini, oleh sebab itu kritik dan saran akan makalah ini kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.H.Abdul
Rozak,M.Ag dan Prof. Dr. H. Rosihon Anwar, M.Ag,Ilmu Kalam,Bandung:Pustaka
Setia,2014.
[1] Quraish Shihab, Studi Kritis Tafsir Al –
Manar, Pustaka Hidayah, Bandung, 1994,hlm. 12 versi lain mengatakan bahwa
Abduh lahir di Mesir dan akhirnya menetap di Mahallah Nashr setelah lari dari
ancaman para penguasa Muhammad ‘ Ali.
Lihat Harun
Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Bulan
Bintang, Jakarta, hlm. 68.
[2]
Nasution, loc.cit.
[3]
Albert Hourani, Arabic Thought in the Liberal Age: 1978 – 1939, Cambridge
University Preess, 1993, hlm. 131.
[4]
Quraish Shihab, Studi Kritis Tafsir Al – Manar, Pustaka Hidayah,
Bandung, 1994, hlm.19.
[5] Harun Nasution,
Muhammad Abduh dan Teologi Rasional, UI Press,1987,hlm.57.
[6] Nasution,Pembaharuan…,op.cit,hlm
[7] Ibid.,hlm.
75 dan 77
[8] Ibid
[9] Ibid.,hlm.85.
[10]
Nasution,Pembaharuan…,op. cit., hlm.165.
[11] Ibid.
[12] Nasution,Pembaharuan…,op.cit.,hlm.
169 – 170.
[13] ibid
[14] Keterangan lain
menyebutkan bahwa Khan juga menerima Hadits Mutawatir. Lihat Ibid, hlm.169.
[15] Ali,Op.,cit.hlm.20.
[16] Khalifah Abd
Hakim, “ Renainsance in Indo – Pakistan” dalam wd.M.M. Syarif ( Ed ), A
History Of Muslim Philosofi,Weibaden, Otto Harrssowitz, 1996,hlm.1614.
[18]
Muhammad Iqbal,The Reconstruction of Religion thought in Islam,Kitab
Bravan,New Delhi, 1981, hlm.92.
[19] .
Iqbal,op.cit.,hlm.154
[20]
Argumen
kosmologis disebut juga argument sebab-musabab yang timbul dari paham bahwa alam bersifat mungkin (
contingent )dan bukan besifat wajib ( necessary )dalam wujud nya Dengan kata
lain karena alam dijadikan , harus ada
dzat yang mmewujudkan nya .pertama kali diajukan oleh Aristatoles ( 345-322
S.I.),murid plato . Lihat Harun Nasution
, falsafah Agama ,Bulan Bintang ,Jakarta ,1975,hlm .50.
[21] Ontos =
sesuatu yang berwujud . Ontologi = teori
tentang wujud ,tenttang hakikatt yang ada Argumen ontology tidak banyak
berdsarkan alam nyata ,sebagai hal nyya argumen .kosmologis .argumen ini
berdasarkan logika semata – mata .pertama kali diajukan oleh Plato ( 428 – 348
S.I.)dengan teori idenya . lihat ibid .,hlm.47.
[22] . Taufik Adnan
Amal dan Syamsu Rizaal Panggabean ,
Tafsir dan kontekstual AL-Qur’an; Sebuah Keranggka Konseptual , Mizan , Bandung ,
1989, hlm.21 – 22 .
[23] . Hakim, op.
cit.
[24] . H.A..R.
Gibb, Aliran – aliran Modern dalam Islam , Terj. Machnun Hussein , Rajawali
Press, Jakarta , 1995, hlm.131 – 132.
0 Response to "pemikiran kalam, Muhammad Abduh."
Post a Comment