Pengaruh komunikasi massa dalam pembentukan opini publik versi Ridho Setiawan's Blog.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Informasi merupakan salah satu hal yang tidak bisa di
pisahkan dari masyarakat, sejak awal kehidupan manusia informasi sangat
mendukung dan dibutuhkan dalam aspek apapun itu.
Sejalan dengan perkembangan zaman kedatangan media massa
ikut memberikan sumbangsi dalam menyebar luaskan berita pada masyarakat. Namun,
tidak dipungkiri dengan berkembangnya media massa terdapat efek – efek yang
ditimbulkan sebagai respon dari informasi yang didapatkan.
Kelemahan masyarakat dalam memfilter informasi yang
tersebar luas ikut memfasilitasi terbentuknya frame yang tidak sesuai dengan
kenyataan. Oleh sebab itu, berhati – hatilah dalam menyikapi informasi yang di
dapatkan, gunakan chek and re chek untuk menghindari kesalah fahaman memahami
informasi.
B. Rumusan masalah
Untuk memfokuskan materi yang disampaikan, maka kami
perlu membuat rumusan masalah, agar dapat difahami dengan mudah. Adapun rumusan
masalah makalah ini adalah :
1. Apa pengertian media masa?
2. Apa pengertian opini publik?
3. Bagaimana pengaruh media masa dalam pembentukan opini publik?
C. Tujuan makalah
1. Untuk mengetahui pengertian media masa.
2. Untuk mengetahui pengertian opini publik.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh media masa dalam pembentukan opini
publik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa
beserta pesan yang dihasilkan pembaca, pendengar atau penonton yang akan coba
diraihnya, dan efeknya terhadap mereka.[1]
Dikatakan massa karena komunikasi massa bersifat menyeluruh,
yakni menyampaikan pesan kepada objek yang bersifat heterogen.
B. Pengertian Opini Publik
Secara Etymology Public Opinion berasal dari bahasa latin yakni opinari
dan publicus. Adapun Opinary berarti berfikir atau menduga sedangkan publicus mempunyai arti milik masyarakat
luas.
Opini adalah suatu ekspresi tentang suatu sikap mengenai
suatu masalah yang dapat menimbulkan pendapat yang berbeda-beda.[2]
Opini dapat dinyatakan secara aktif, pasif, verbal dan non verbal melalui
pilihan kata-kata yang dapat diartikan secara langsung. Opini-opini individual
tersbut kemudian dikenal dengan opini publik.[3]
Opini publik adalah pendapat kelompok masyarakat
atau sintesa dari pendapat dan diperoleh dari suatu
diskusi sosial dari pihak-pihak yang memiliki kaitan kepentingan.
Agregat dari sikap dan kepercayaan ini biasanya dianut
oleh populasi orang dewasa.
Adanya pendekatan dari bidang sosial dalam komunikasi massa khususnya
komunikasi Interpersonal, inilah yang menghantarkan pesan yang di sampaikan
media massa kemudian diterima oleh publik.[4] Adapun
yang di maksud dengan publik disini adalah masyarakat yang bersifat heterogen.
Untuk memasifkan tersampainya pesan kepada publik dibutuhkan seorang “ Opini
Leader “ yaitu orang yang memiliki kemampuan memengaruhi dan menciptakan
opini publik, pemikir elite, memiliki kemampuan memimpin, pandai dan terampil
dalam membawakan pembicaraan secara pribadi maupun pendapat umum untuk
tujuan-tujuan tertentu.[5]
Dalam menentukan opini publik, yang dihitung bukanlah jumlah mayoritasnya (numerical
majority) namun mayoritas yang efektif (effective majority), Subyek opini publik adalah masalah baru yang kontroversial di mana unsur-unsur opini publik adalah pernyataan yang
kontroversial, mengenai suatu hal yang bertentangan, dan reaksi pertama atau
gagasan baru.
Pendekatan prinsip terhadap kajian opini publik dapat dibagi menjadi 4
kategori:
1.
Pengukuran kuantitatif terhadap distribusi opini.
2.
Penelitian terhadap hubungan internal antara opini individu yang membentuk opini
publik pada suatu permasalahan
3.
Deskripsi tentang atau analisis terhadap peran publik dari opini publik.
4.
Kajian baik terhadap media komunikasi yang memunculkan gagasan yang menjadi dasar opini maupun terhadap
penggunaan media oleh pelaku propaganda dan manipulasi.
Menurut dan nimmo, opini personal terdiri atas kegiatan varbel dan non verbal yang menyajikan citra dan interpretasi individual tentang objek tertentu, biasanya dalam bentuk isu yang
diperdebatkan orang.
Opini dapat dinyatakan secara aktif maupun secara pasif. Opini dapat dinyatakan secara verbal, terbuka dengan kata-kata yang
dapat ditafsirkan secara jelas, ataupun melalui pilihan-pilihan kata yang
sangat halus dan tidak secara langsung dapat diartikan (konotatif). Opini
dapat pula dinyatakan melalui perilaku, bahasa tubuh, raut muka, simbol-simbol
tertulis, pakaian yang dikenakan, dan oleh tanda-tanda lain yang tak terbilang
jumlahnya, melalui referensi, nilai-nilai, pandangan, sikap, dan kesetiaan.[6]
Opini publik itu identik dengan pengertian kebebasan, keterbukaan dalam
mengungkapkan ide-ide, pendapat, keinginan, keluhan, kritik yang membangun, dan
kebebasan di dalam penulisan. Dengan kata lain,
opini publik itu merupakan efek dari kebebasan dalam mengungkapkan ide-ide dan
pendapat.[7]
C. Ciri Adanya Opini Publik
Tahun 1969 sewaktu pembrontakan GESTAPU/PKI ada pertentangan antara PKI dan pendukung Pancasila yang kemudian menjadi Orde Baru. Pertentangan terjadi
setelah mendengar bahwa ada pembunuhan terhadap para Jendral oleh PKI.
Pembrontakan PKI (GESTAPU/PKI) berlangsung di mana-mana, akan tetapi
langsung dapat ditumpas. Hal tersebut juga kita dengar dari surat kabar, radio,
televisi dan film, rapat-rapat, pidato-pidato, di forum ceramah dan di mana
saja. Gejala tersebut disebut public opinion atau opini publik.[8]
Untuk memahami opini seseorang dan publik tidaklah mudah. Menurut R.P.
Abelson, hal ini berkaitan dengan:
1.
Kepercayaan mengenai sesuatu (belief).
2.
Apa yang sebenarnya dirasakan atau menjadi sikapnya (attitude).
3.
Percepction atau persepsi.
Suatu pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi serta menafsirkan pesan dan persepsi merupakan
pemberian makna pada stimuli inderawi. Jadi, untuk
menentukan apakah ada opini publik pada suatu hal adalah dengan cara mengamati
kepercayaan, sikap dan persepsi seseorang tentang suatu hal.
D. Pencapaian Citra Positif
Citra adalah tujuan utama
dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia
hubungan masyarakat (kehumasan) atau public relations. Pengertian citra itu
sendiri abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur dengan secara matematis,
tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk.
Penilaian atau tanggapan
masyarakat tersebut dapat berkaitan dengan timbulnya rasa hormat (respek),
kesan-kesan yang baik dan menguntungkan terhadap suatu citra lembaga atau
organisasi atau produk barang dan jasa pelayanannya yang diwakili oleh pihak
humas atau public relations.[9]
Secara logika, suatu
informasi yang mengambarkan kesalahan-kesalahan dalam industri yang bersifat
sensitive dapat menimbulkan citra negatif bagi masyarakat. Oleh sebab itu, salah
satu cara untuk memupuk dan meningkatkan citra baik bagi industri yang bersifat
sensitive adalah dengan selalu meningkatkan kualitas dan kemauan baik (Goodwill)
yang ditampilkan oleh lembaga atau perusahaan yang bersangkutan.[10]
E.
Peran Media dalam
Pembentukan Opini Publik
Perkembangan teknologi yang semakin pesat ini ikut memberikan kontribusi
dalam pembentukan opini pada masyarakat. Semakin berkembangnya media massa
semakin memperjelas kondisi masyarakat saat ini.
Media massa,
termasuk televisi, menjadi ikon pembentuk konstruksi social, karena memiliki kekuasaan untuk membentuk kuasa kebenaran dalam realita
sosial dan norma-norma
kehidupan.
Peran media
dalam pembentukan opini semakin masif dalam beberapa dekade terakhir. Semakin
pentingnya peran media dalam pembentukan opini publik tidak terlepas dari
pesatnya peningkatan teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam menjelaskan mengapa media memberikan pengaruh terhadap opini publik,
Noelle Neumann menjelaskan bahwa media tidak memberikan interpretasi yang luas
dan seimbang terhadap peristiwa sehingga masyarakat memiliki pandangan terhadap
realitas secara terbatas dan sempit.[11] Media
massa memiliki tiga sifat atau karakteristik yang berperan membentuk opini
publik yaitu :
1. Ubikuitas
Sifat ubikuitas mengacu pada
fakta bahwa media merupakan sumber informasi yang sangat luas karena terdapat
dimana saja. Karena media terdapat dimana saja meka media menjadi instrumen
yang sangat di penting, diandalkan dan selalu tersedia ketika orang membutuhkan
informasi. Oleh sebab itu, media berusaha mendapatkan dukungan dari publik
terhadap pandangan atau pendapat yang disampaikannya, dan selama itu pula
pandangan atau pendapat itu terdapat dimana-mana.[12]
2. Kumulatif
Sifat kumulatif (cumulativenes)
media mengacu pada proses media yang selalu mengulang-ulang apa yang
disampaikannya. Pengulangan terjadi di sepanjang program, baik pada satu media
tertentu ataupun pada media lainnya, baik yang sejenis ataupun tidak.
Dalam hal ini Noelle
Neumann menyebut ini sebagai “Reciprocal influence in building up frame of
reference” (pengaruh timbal balik dalam membangun kerangka acuan).
3. Konsonan
Sifat konsonan (consonant)
mengacu pada kesamaan kepercayaan, sikap, dan nilai- nilai yang dianut media
massa. Noelle Neumann menyatakan bahwa konsonan dihasilkan berdasarkan
kecenderungan media untuk menegaskan atau melakukan konfirmasi terhadap
pemikiran dan pendapat itu seolah-olah berasal dari masyarakat.
Ketiga karakteristik media tersebut ubikuitas, kumulatif, dan konsonan
memberikan pengaruh besar terhadap muculnya spiral kebisuan karena media
memiliki kemampuan untuk menentukan dan menyebarluaskan pandangan-pandangan
yang dinilai lebih dapat diterima publik secara umum. Dengan kata lain, mereka
yang memiliki pandangan yang bertentangan dengan pandangan khalayak akan lebih
sulit mendapatkan tempat di media massa.
Sebagai contoh
bagaimana publik melihat Presidien Joko Widodo sebagai
seorang pemimpin besar Indonesia. Lewat telivisi Presiden Joko Widodo berhasil membangun citra pemimpin yang dekat dengan masyarakat kecil, meskipun dalam praktiknya tidak semua aktivitas Pak Joko Widodo mencerminkan ia
dekat dengan rakyat kecil. Namun, sekali lagi peran
media telah menggeser opini publik terhadap citra Presiden Joko Widodo dari
seorang pemimpin yang tidak semua aktivitasnya mencerminkan dekat dengan
masyarakat kecil menjadi pemimpin yang pro dengan rakyat kecil dan selalu dibanggakan
oleh seluruh rakyat Republik Indonesia.
Peranan media masa tersebut tentunya tidak dapat dilepaskan dari arti keberadaan media itu sendiri.
Peranan media masa tersebut tentunya tidak dapat dilepaskan dari arti keberadaan media itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Media massa adalah penyampaian informasi kepada masyarakat yang bersifat
heterogen dengan waktu yang sesingkat mungkin. Sedangkan Opini Publik adalah pendapat
kelompok masyarakat mengenai suatu hal yang sedang hangat dibicarakan.
Media memiliki kekuatan dalam menyampaikan pesan, sehingga untuk memasifkan
opini media tersampaikan kepada masyarakat adalah dengan mengunakan Opinion
Leader yakni seseorang yang mempunyai kemampuan memengaruhi dan menciptakan
opini publik, pemikir elite, memiliki kemampuan memimpin, pandai dan terampil
dalam membawakan pembicaraan secara pribadi maupun pendapat umum untuk
tujuan-tujuan tertentu. Adapun pengaruh media massa adalah mentransformasikan
opini media kepada masyarakat dengan cara mengulang-ulang opini yang sudah
ditentukan untuk memastikan opini publik
tersampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Nurudin, 2007, Pengantar
Komunikasi Massa, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada).
A.Anditha Sari, 2017, Dasar-Dasar Public
Relations,(Yogyakarta:CV Budi Utama).
Sr Maria Assumpta Rumanti
OSF, 2002, Dasar – Dasar Public Relations teori dan praktik,(Jakarta:PT.Grasindo).
Rosady Ruslan, 2016, Manajemen
Public Relations dan Media Komunikasi,(Jakarta:PT.Raja Grafindo).
Morrisan, 2013, Teori
Komunikasi Individu Hingga Massa,(Jakarta:PT.Fajar Interpratama Mandiri).
[2]A.Anditha Sari, Dasar-Dasar Public
Relations,(Yogyakarta:CV Budi Utama,2017),h.14.
[4]Sr Maria Assumpta Rumanti OSF, Dasar –
Dasar Public Relations teori dan praktik,(Jakarta:PT.Grasindo,2002),h.60.
[9]Rosady Ruslan,Manajemen Public
Relations dan Media Komunikasi,(Jakarta:PT.Raja Grafindo,2016),h.76.
[11]Morrisan, Teori Komunikasi Individu
Hingga Massa,(Jakarta:PT.Fajar Interpratama Mandiri,2013),h.531.
0 Response to "Pengaruh komunikasi massa dalam pembentukan opini publik versi Ridho Setiawan's Blog."
Post a Comment