Subscribe Us

header ads

Hot Widget

random/hot-posts

sehelai jenggot...

Sehelai jenggot

Suatu hari yang begitu cerah,  nampaklah seorang pemuda yang berpenampilan sederhana, dengan pakayan kaos berwarna putih, lengkap dengan celana dan tudung nya . terlihat berjalan dengan semangatnya menuju keladang milik kedua orang tuanya, Pemuda ini bernama Mansur.
Di  perjalanan, ia asyik memegang sehelai jenggot yang dimilikinya, kecepatan langkah kakinya pun konstan, tidak terlalu cepat juga tidak terlalu lambat, ya sedang – sedang saja, tapi terlihat energic.
Tujuan pun semakin dekat, al hasil kini ia telah sampai ke ladang milik kedua orang tuanya. Ia menaruh segala perlengkapan yang dibawa olehnya, dan melangkahkan kaki masuk kedalam kebun singkong untuk mencabut rumput yang menggangu tanaman milik kedua orang tuanya.
Kini ia asyik membantu kedua orang tuanya, satu baris demi satu baris ia lewati, tanpa perasaan kesal karena tidak dapat bermain dengan kawan – kawan nya, baginya membantu orang tua sudah menjadi kewajiban terlebih lagi ia teringingat bahwa saat ini posisinya adalah kakak bagi adik – adiknya, jadi kudu mandiri dan memberikan contoh yang baik bagi adik – adiknya.
Sesekali, ia melihat jam di hand phone pribadinya, untuk memastikan waktu pulang kerumah, saat itu ia melihat bahwa waktu telah menunjukkan pukul 11 : 00, ia kemudian menghampiri kedua orang tuanya, seraya berkata ” mak, sekarang sudah jam 11 pas, ayo ajak abi kita pulang dulu. Sudah siang, sebentar lagi sholat dzuhur ”.
Ibunya menjawab “ ayo kita pulang, ibu juga sudah lapar “.
Mansur pun, mengambil perlengkapan yang dibawa olehnya, sembari mempersilahkan kedua orang tuanya untuk memimpin perjalanan.
Pak Saleh selaku Abinya pun memimpin perjalanan, dan di ikuti oleh Mansur dan ibunya. Di perjalanan pulang pun Mansur tampak asyik membelai sehelai jenggotnya dan sesekali ia tampak tersenyum bahagia, entah apa yang ia fikirkan, namun ketika ia membelai sehelai jenggotnya ia Nampak bahagia bak orang menemukan harta karun,hehe.
Waktu terus berputar, tak terasa tibalah mereka di gubuk tercinta. Mansur mengucapkan salam sebelum masuk kerumah, dan dijawab serta disambut bahagia oleh adik nya.
Kini Mansur meletakkan perlengkapan yang dibawa olehnya pada tempat dimana ia mengambil semula. Ia kemudian mengambil handuk dan bergegas mandi siang, dalam hatinya bergumam “ sebentar lagi sholat dzuhur ni ”. sembari mengambil air wudhu dan bergegas ke masjid.
Di perjalanan kemasjid pun, Mansur tampak asyik memegang sehelai jenggotnya, seraya ia berfikir.
“ saat ini Allah telah memberikan aku banyak nikmat, sekiranya nikmat itu aku hitung, niscaya aku tidak mampu “.
“ saat ini allah beri aku kemudahan untuk amalkan sunnah nabinya, kini Allah telah titipkan aku sehelai jenggot “
 Langkah kakinya pun konstan, tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat. Tak terasa kini ia telah tiba dimasjid yang ia rencanakan, saat itu waktu adzan telah tiba, ia kemudian menggumandangkan adzan seraya hati berdzikir.
Setelah adzan ia berfikir, alangkah indahnya jika sunnah berjenggot ditambah dengan sunnah yang lain.
Ia akhirnya memutuskan untuk sholat sunnah tahiyatul masjid ( penghormatan masjid ), setelah selesai sholat tahiyatul masjid ia berfikir “ alangkah indahnya jika sunnah tahiyatul masjid di temani dengan sunnah yang lain “. Ia kemudian tersenyum tatkala Iwan memberikan salam kepadanya, setelah itu ia berfikir alangkah indahnya jika sunnah tersenyum didepan saudara muslim di temani dengan sunnah yang lain. Kemudian ia memberikan salam kepada Hendra, yang baru saja masuk kedalam masjid, setelah itu ia berfikir “ alangkah indahnya jika sunnah tebarkan salam dapat ditemani dengan sunnah yang lain, akhirnya ia mengumandangkan iqomah dan sholat berjamaah.
Sahabatku, sesuatu yang kecil seringkali menjadi magnet untuk menarik suatu yang besar. Ayo mulai dari sekarang kita benahi diri kita dari suatu hal yang kecil dan kita sepelekan, semoga allah merahmati kita.

Wawlahu ‘alam bishowab.  

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "sehelai jenggot..."

Post a Comment