Subscribe Us

header ads

Hot Widget

random/hot-posts

About Malu, the power of malu.

About Malu

Seorang manusia merupakan makhluk yang tidak dapat dipisahkaan dari sifat malu, manusia yang baik akan selalu memelihara sifat malu yang ada pada dirinya. Karena sejatinya manusia adalah makhluk yang penuh dengan rasa malu.
Allah telah ciptakan rasa malu itu dengan banyak keutamaan yang ada didalamnya, salah satunya dengan rasa malu tersebut dapat membangkitkan semangat juang dalam meraih kesuksesan yang kita inginkan.
Dalam the fositive thinking, kita di ajarkan bagaimana cara mengolah rasa malu agar mampu membangkitkan semangat juang dan menghasilkan tekat yang kuat. Sehingga, tercapai pribadi – pribadi yang tangguh, baik dari segi fisik, intelektual maupun tindakan.
Malu dapat kita manfaatkan dalam hal - hal yang berbau fositive, perbuatan yang dapat memberikan dampak yang baik dalam kehidupan kita. Sebagai contoh, kita akan malu jika melihat orang lain sukses sedangkan kita tidak, padahal apa yang dia miliki sama dengan yang kita miliki, bahkan terkadang apa yang kita miliki tidak ia miliki. Allah titipkan dua mata, Allah sama – sama titipkan dua telinga kepada manusia, Allah sama – sama titipkan dua otak pada manusia, namun disisi lain terdapat perbedaan, yakni peng – aplikasian managemen rasa malu.
Pribadi yang sukses merasa malu akan nikmat yang dikufurinya, ia faham akan hakikat hidupnya. Berbeda halnya dengan pribadi yang pesimis, ia lupa akan hakikat hidupnya, lupa akan segala nikmat yang Allah berikan kepadanya. Allah berfirman dalam Q.S Ar – Rahman : 13
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“ Maka nikmat Tuhanmu mana yang kamu dustakan ? ”.
Selain kesuksesan, malu juga dapat kita manfaatkan dalam urusan ibadah. Sebagai contoh, kita malu jika kita diberi mata oleh sang khalik tapi kita gunakan mata itu untuk melihat hal – hal yang porno. Semestinya mata itu kita gunakan untuk melihat sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan kita.
 Kita malu mendengarkan sesuatu yang buruk padahal Allah telah menganugerahkan nikmat pendengaran kepada kita, kita malu menggunakan waktu dengan tidak bermanfaat, sedangkan Allah ciptakan massa agar kita mudah membagi antara Ibadah dan usaha. kita malu telah diberikan allah kenyamanan dalam tidur tapi kita masih sholat shubuh kesiangan dan sebagainya.
Bahkan dalam hadis yang artinya “ malu adalah sebagian dari iman “ dan “ iman tempat nya adalah di surga “. Allahu akbar.
Bersikap malu akan menghindarkan kita dari perbuatan maksiat yang notabene dapat mengganggu keimanan seorang muslim . Jika kita menengok kebelakang dan mempelajari kisah yang dialami oleh nabi Yusuf a.s yang mempunyai rasa malu serta keimananan yang tinggi kepada Allah swt, pasti kita akan takjub atau bahkan meneteskan air mata.                                                                                           
Bagaimana seorang Nabi Yusuf A.s dapat mempertahankan keimanannya, karena rasa malunya tinggi akan kebesaran Allah swt.  
Selain kisah nabi Yusuf as, kita dapat berkaca dari kisah imam As – Syafi’I yang malu jika memasukkan makanan yang haram kedalam perutnya, ia sangat malu kepada Allah jika mengkufuri nikmat yang telah diberikan allah kepadanya. Sehingga, ia selalu berusaha  menjauhi larangan Allah swt . dengan cara menonjolkan rasa malu jika berbuat maksiat dan berusaha untuk selalu menaati sang pencipta sebagai bukti kecintaanya kepada sang rabbi pemilik jiwa dan raganya.
Selain itu, bukankah diantara 7 golongan yang akan mendapatkan syafaat adalah pemuda yang digoda oleh wanita cantik untuk berzinah, namun dia menolak seraya berkata “ aku takut kepada Allah “.
Masih ingatkah kita, kisah seorang wanita cantik yang mengajak Ahli ibadah untuk berzinah. Namun Ahli ibadah itu menolaknya seraya berkata “ Aku takut Kepada Allah “. Lalu wanita itu pergi dan berzinah dengan seorang pengembala. Lalu apa yang dilakukannya, sebagai bentuk balas dendam kepada sang  Ahli Ibadah?.
Dihadapan masyarakat ia mengaku bahwa dirinya telah dinodai oleh sang ahli ibadah, para masyarakatpun geram hingga merebohkan  mushola sang Ahli ibadah. Namun atas izin Allah yang maha mengetahui, Allah berikan kemampuan kepada janin untuk menjawab pertanyaan dari sang Ahli ibadah.
Janin itu menjawab “ Ayahku seorang pengembala kambing, ibuku berzinah dengannya ketika ia merasa kesal atas tolakan sang Ahli ibadah “.
Masyarakat hanya termenung dengan jawaban janin, lantas meminta maaf dan membangunkan kembali mushola dengan bangunan yang lebih baik dari semula.
 Subhanallah, semoga dengan kisah – kisah yang ada di atas allah fahamkan kita akan pentingnya rasa malu serta Allah tanamkan kepada kita sifat malu, malu akan bermaksiat kepadanya dan selalu berusaha untuk selalu mengamalkan dan menjalankan perintahnya dengan apa yang telah kita fahami secara benar , aamiin. 


Wawllahu’alam bishowab. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "About Malu, the power of malu."

Post a Comment