Sucikan Dirimu Versi Ridho Setiawan's Blog
Sucikan Dirimu
Wahai sahabat, apa yang ada di
fikiranmu tentang bagaimana cara mensucikan diri?, Apakah mensucikan diri hanya
dapat dilakukan dengan mandi saja?, dengan memnggunakan farpum yang
mahal-mahal? Atau dengan pakaian -pakaian yang mahal-mahal? bisa jadi itu
merupakan cara mensucikan diri dalam pandangan dunia.
Tapi bukan itu yang kami maksud, sejatinya
kita adalah khalifah yang mempunyai tugas
memelihara alam semesta yang telah Allah titipkan kepada kita. Dalam
mahfum hadits disebutkan (kurang dan lebihnya) “Setiap bayi dilahirkan dalam
keadaan fitrah, hanya saja kedua orangtuanyalah yang menyebabkan ia menjadi
Yahudi, Nasrani dan Majusi.”
Mensucikan diri tidak hanya diartikan
dengan membersihkan badan, membersihkan pakaian, memakai wangi-wangian saja,
tetapi yang paling penting adalah mensucikan Rohani di dalam diri kita. Kata
mensucikan memiliki arti yang berbeda dibandingkan dengan membersihkan.
Membersihkan belum tentu mensucikan, tapi mensucikan sudah pasti membersihkan.
Lantas, mengapa kita harus mensucikan
jiwa bukan pakian?. Kemudian bagaimana
cara mensucikan jiwa?.
Mensucikan jiwa dapat dilakukan dengan
berbagai cara, seperti beribadah kepada Allah SWT, perbanyak tilawah Al-Qur’an,
khidmat dan taat kepada orangtua.
Tilawah Al-Qur’an dapat menenangkan
hati kita yang sedang keruh, sebagaimana tawas yang dapat menjernihkan air yang
keruh, dikisahkan sahabat Zaid bin Tsabit R.A telah mampu menghafal 17 surat Al-Qur’an
sebelum Rassulullah SAW hijrah ke Madinah.
Semangat menghafal Al-Qur’an mereka
didasarkan oleh hadist baginda Rassulullah SAW yang berbunyi “dari Abu Sa’id R.A
berkata. Rassulullah bersabda “Allah berfirman, barangsiapa yang disibukkan
oleh Al-Qur’aan dari pada berdzikir kepadaku dan memohon kepadaku, maka Aku
akan berikan kepadanya sesuatu yang lebih utama dari pada keutamaan yang aku
berikan kepada orang -orang yang memohon kepadaku.”
Dan keutamaan kalam Allah di atas
seluruh perkataan adalah seumpama keutamaan Allah atas makhluknya” (HR.Tirmidzi,
Darami, dan Baihaqi).
Itulah salah satu keutamaan Al-Qur’an,
keutamaan yang begitu luar biasa dahsyatnya, keutamaan yang tidak dapat kita lakukan
tanpa kasih sayang Allah, keutamaan yang hanya dapat diproleh dengan mencari
keridhaan Allah.
Salah satu bentuk konkret
terpeliharanya Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari adalah, para penghafal Al-Qur’an.
Mereka mampu menghafal satu surah, satu juz, dua juz, tiga juz, empat juz,
sepuluh juz, dua belas juz, lima belas juz, delapan belas juz, dua puluh juz,
dua puluh lima juz, dua puluh delapan juz bahkan tiga puluh juz dengan tepat
dan tahu dimana letak titik dan komanya. Namun coba dibandingkan dengan penulis
buku, jika penulis diperintahkan untuk mengemukakan naskah tulisannya dengan
titik dan koma yang tepat, meski baru 2 menit menulis dia tidak akan mampu
menjelaskannya sama persis seperti halnya yang baru saja ia tulis.
Selain tilawah Al-Qur’an cara
mensucian diri dapat dilakukan dengan melaksanakan sholat. Sholat adalah
perintah Allah dan berjamaah adalah sunnah Rassulullah SAW, dalam hadist
Rassulullah Saw “Amalan yang akan diperiksa pertama kali adalah sholat, jika
baik pahala sholatnya maka akan baik seluruh pahalanya, tetapi apabila buruk
pahala sholatnya maka buruk seluruh pahalanya”.
Ibadah sholat fardhu, diibaratkan
dengan sungai yang jernih, jika seseorang yang bekerja lalu melewati lima
sungai dan setiap melewati sunggai ia mandi maka masih adakah kotoran yang
menempel dibadannya? Jawabannya tentu tidak, bukan?. Begitu pula halnya dengan
kita yang melaksanakaan sholat lima waktu maka masihkah ada kotoran yang
menempel di jiwa kita.
Selain melaksanakan sholat, shaum juga
dapat mensucikan dirimu sejatinya, shaum dapat melatih kita untuk Qonaah dan
bersyukur kepada Allah atas nikmat yang Allah berikan kepada kita.
Dengan shaum kita akan berusaha
menghindar dari ghibah, adu domba, fitnah, dan suudzon. Dengan shaum juga kita
akan berusaha untuk melaksanakan ibadah dengan khusyuk, dengan shaum juga kita akan
berusaha untuk selalu berhati-hati dalam bertindak.
Tilawah, sholat, dan sahum akan lebih
lengkap jika ditambah dengan birul walidayin atau berbakti kepada orangtua.
Rassulullah SAW pernah diberi pertanyaan oleh sahabat:
“Wahai Rassulullah SAW siapakah yang
harus aku hormati?
Rassulullah SAW menjawab “Ibumu”
“Wahai Rassulullah SAW siapakah yang
harus aku hormati?
Rassulullah SAW menjawab “ibumu”
“Wahai Rassulullah SAW siapakah yang
harus aku hormati?
Rassulullah saw menjawab “ibumu”
“Kemudian sahabat tersebut bertanya, setelah
itu siapa wahai Rassulullah SAW ?
Rassulullah saw menjawab “Ayahmu”.
Dikisahkan ada seorang sahabat yang
bertanya “Wahai Rassulullah SAW, sesungguhnya aku telah menggendong ibuku dari
rumah menuju ke baitullah dan aku tidak pernah melepaskan kecuali diwaktu
sholat, mandi, dan buang hajat. Apakah aku telah membayar jasa-jasanya?”
Kemudian Rassulullah SAW menjawab, itu
belum bisa menebus jasa-jasa ibumu ketika melahirkanmu.
Dalam tembang qasidah berbunyi “Walaupun
dunia ini, penuh dengan air mataku, itu belum bisa mengganti setetes air
susumu”.
Allahu Akbar, sungguh besar
pengorbanan ibunda kita. Dengan demikian, dari uraian di atas dapat kita
simpulkan bahwa jasa-jasa ibu kita tidak mampu kita balas dengan materil. Akan
tetapi, kita dapat memberikan syafaat kepada ayah, ibu dan keluarga kita jika
kita mampu menjadi hafidz Qur’an. Semoga Allah mudahkan kita untuk menjadi orang
yang berlomba-lomba dalam mensucikan diri, Aamiin.
Wawllahu’alam bishowab.
0 Response to "Sucikan Dirimu Versi Ridho Setiawan's Blog"
Post a Comment